![]() |
Ada Obat Ada Jalan| sumber: twitter @KemenkesRI |
Pada tanggal 17 Desember 2018, saya beserta rekan blogger hadir di event memperingati HIV AIDS di Lapas Narkotika Cipinang Kelas II A.
Tema yang diambil dalam rangka memperingati HIV/AIDS adalah saya berani, saya sehat dan ada obat, ada jalan.
Tema yang diambil dalam rangka memperingati HIV/AIDS adalah saya berani, saya sehat dan ada obat, ada jalan.
Dr. Yusman mengatakan bahwa di tahun 2008, terdapat 90 penghuni lapas meninggal pertahun karena HIV/AIDS dan di tahun 2018, angka kematian akibat HIV/AIDS menurun menjadi 3 orang.
Banyak program layanan HIV AIDS secara komprehensif dari Kementrian Kesehatan sebagai dukungan layanan program seperti meningkatkan capacity building, yaitu pelatihan bagi dokter dan perawat di Lapas Rutan untuk meningkatkan pemahaman terhadap program HIV. Secara logistik, Kemenkes memberikan dukungan dalam pengadaan obat-obatan ARV dan juga pendamping ODHA.
Kementrian Kesehatan mensupport baik dari segi jejaring bekerja sama dengan lini sektor Puskesmas dan Rumah sakit pengampu yang ditunjuk sebagai pengayoman untuk mengampu obat-obatan ARV.
Lapas Narkotika sudah menjadi satelit karena sudah bisa menekan mata rantai HIV AIDS dan mencegah penularan virus di Lapas Cipinang . Sudah bersertifikasi oleh Prof. Samsuridjal dari RS. Kanker Dharmais.
Tim medis Lapas Cipinang sudah mengadopsi semua layanan kesehatan yang didukung oleh Kemenkes.
Upaya yang dilakukan dengan screening untuk warga binaan ketika awal masuk lapas. Jika positif HIV, penyintas diberikan ARV secara berkala.
Banyak program layanan HIV AIDS secara komprehensif dari Kementrian Kesehatan sebagai dukungan layanan program seperti meningkatkan capacity building, yaitu pelatihan bagi dokter dan perawat di Lapas Rutan untuk meningkatkan pemahaman terhadap program HIV. Secara logistik, Kemenkes memberikan dukungan dalam pengadaan obat-obatan ARV dan juga pendamping ODHA.
Kementrian Kesehatan mensupport baik dari segi jejaring bekerja sama dengan lini sektor Puskesmas dan Rumah sakit pengampu yang ditunjuk sebagai pengayoman untuk mengampu obat-obatan ARV.
Lapas Narkotika sudah menjadi satelit karena sudah bisa menekan mata rantai HIV AIDS dan mencegah penularan virus di Lapas Cipinang . Sudah bersertifikasi oleh Prof. Samsuridjal dari RS. Kanker Dharmais.
Tim medis Lapas Cipinang sudah mengadopsi semua layanan kesehatan yang didukung oleh Kemenkes.
Upaya yang dilakukan dengan screening untuk warga binaan ketika awal masuk lapas. Jika positif HIV, penyintas diberikan ARV secara berkala.
Asep Sutandar |
Lilik Sujandi |
Direktur Perawatan Kesehatan dan Rehabilitasi Lapas Cipinang, Lilik Sujandi mengatakan bahwa saat ini jumlah penghuni lapas ODHA sebanyak 404 orang, pada tahun 2003 lapas bekerja sama dengan kementrian kesehatan. Kegiatan terkait HIV konsisten tidak pernah berhenti.
Pihak petugas Lapas menerapkan zero discrimination, sehingga tidak ada stigma dan diskriminasi kepada warga binaan ODHA. Awalnya pihak petugas lapas masih menutupi dan bahkan menjauhi para ODHA. Kini para staff dan penjagaan sudah terbiasa bergaul dengan para narapidana ODHA. Alhamdulillah, tidak ada laporan pegawai staff yang tidak membuka diri kepada narapidana ODHA.
Narapidana ODHA tidak boleh dibedakan dengan narapidana yang normal atas layanan pendidikan , pembinaan dan kemandirian, dsb. Narapidana ODHA bisa menjadi model inspiring untuk para narapidana lainnya bahwa mereka yang terjangkit HIV masih mempunyai semangat yang luar biasa.
Program terbaru yang dicanangkan bersama Kemenkes yaitu test and treat. Dengan adanya program ini dapat membuka ruang data lebih luas kelompok rutan dan kelompok yang mendapatkan kemampuan terkait dengan penanganan ODHA. Lapas dan Rutan sudah membuka diri dengan kebijakan di permasyarakatan khususnya HIV dan AIDS.
Kisah Wesli Seorang Narapidana berstatus HIV
Wesli merupakan pecandu narkotika jenis delophine sejak dibangku SMP kelas 2. Mulai aktif menggunakan jarum suntik akhir tahun 1999.
Wesli merasa hidup hancur berantakan . Tahun 2006, Wesli memutuskan berhenti Narkoba dan beralih ke oral metadhone. Melihat teman-temannya keracunan obat seolah syndrom steven johnson setelah beralih ke metadhone. Membuat dirinya takut dan memilih tuk mundur.
Wesli memperjuangkan untuk sembuh bagi dirinya sendiri. Saat itu, Wesli mulai berpikiran untuk menjaga kesehatan, mulai produktif lagi, dan memberanikan diri ikut tes VCT (Voluntary Counseling and Testing) yang padahal ia tahu hasilnya positif. Ternyata hasilnya Reaktif, tetap aja membuat Wesli kecewa. Hasil berikutnya adalah positif, Ia mendapat dukungan dan saran dari konsuler.
Perjuangan Wesli rutin minum obat metadone membuahkan hasil yang baik. Hasil CD4 berangsur-angsur membaik, viral load 3 kali viral load antitoksin. Wesli mempunyai mantan istri dan anaknya tidak positif HIV. Rasa ketakutan seakan akan hilang karena niat dan tekad bulat untuk hidup sehat.
No comments:
Post a Comment