Ketika masih kecil, ku ingin menjadi dewasa. Membayangi kehidupan dewasa seperti bebas pergi kemana-mana, dan punya uang sendiri.
Tapi, aku sudah beranjak dewasa sekarang . Aku terjebak di masa quarter life crisis.
Pernah dengar ngga dengan kata Quarter Life Crisis?
Quarter Life Crisis adalah periode dimana seseorang merasa khawatir, galau dan dilema terhadap kehidupannya. Bingung sama pilihan hidupnya. Intinya mencari jati diri. Umur yang biasa dialami Quarter Life Crisis adalah seperempat abad atau bisa terjadi di sekitar umur 25 tahun. Dimana umur 25 tahun memasuki fase peralihan remaja ke dewasa atau emerging adulthood.
Mengalami Quarter Life Crisis adalah hal yang wajar. Terjebak Quarter Life Crisis, kita akan merasa tertekan oleh faktor internal maupun eksternal. Faktor internal seperti memikirkan jodoh, karir, spiritual (agama), sedangkan faktor eksternal seperti adanya keinginan orang lain atas kehidupan yang kita jalani. Contohnya komentar netizen julid. Pliss jangan ngatur hidup orang.
Biasanya quarter life crisis dipicu oleh permasalahan pendidikan karir, finansial, jodoh, dan progres teman-teman sebayanya yang membuat dilema,galau dan cemas.
1. Pendidikan

Wisuda Untirta |dokpri

Ada dua kegalauan di dunia pendidikan pada masa quarter life crisis yaitu sebelum pada waktu kuliah atau lanjut S2. Jadi, buat kalian nih yang masih duduk di bangku kuliah mungkin pernah mengalami apakah jurusan yang dipilih itu adalah pilihan yang tepat atau salah jurusan. Kemudian kalian sering berpikir selesai kuliah bisa jadi apa ya dengan jurusan ini?.
Kalian akan sering mendapatkan pertanyaan horor yang akan menghantui pikiran kalian pada semester akhir seperti "Kapan Wisuda?"
Kalian akan sering mendapatkan pertanyaan horor yang akan menghantui pikiran kalian pada semester akhir seperti "Kapan Wisuda?"
Setelah lulus kuliah, kalian akan menghadapi 2 pilihan yaitu bekerja atau melanjutkan kuliah S2. Oke lah kalian memilih lanjut studi S2. Pertanyaan yang muncul seputar memilih kuliah S2 yaitu
- Universitas yang mana mau ditempuh? dalam negeri atau luar negeri?
- Mau ambil jurusan apa yah? kalau bisa ambil jurusan praktis biar lulus dengan cepat
- Biaya kuliah S2 mahal ngga sih? bagaimana kalau cari beasiswa S2 aja?
2. Karir
![]() |
Blogger | sumber:kompasiana |
Setelah lulus kuliah, kalian yang memilih bekerja akan dihadapkan pilihan jenjang karir yang begitu banyak. Kalian bisa memilih pekerjaan sesuai kemauan orang tua, atau melanjutkan usaha yang ditekuni orang tua, atau membuat lapangan kerja sendiri sesuai passion yang kalian punya.
Tidak hanya orang yang belum mendapat kerja merasa khawatir pada hidupnya. Bahkan orang yang sudah memliki pekerjaan sering merasa galau. Setiap orang mempunyai karir yang diinginkan masing-masing. Seberapa yakin dengan karir yang kalian kerjakan? muncul lah pertanyaan-pertanyaan di benak diri kalian sebagai berikut
- Apakah karir yang bagus dan nyaman itu harus sesuai passion?
- Kayaknya gue tidak yakin dengan karir gue deh?
- Karir gue kedepannya bagaimana?
- Mending kerja nyaman tapi kecil, atau gaji besar tapi nggak nyaman?
Setelah lulus kuliah, kalian yang memilih bekerja akan dihadapkan pilihan jenjang karir yang begitu banyak. Kalian bisa memilih pekerjaan sesuai kemauan orang tua, atau melanjutkan usaha yang ditekuni orang tua, atau membuat lapangan kerja sendiri sesuai passion yang kalian punya.
Tidak hanya orang yang belum mendapat kerja merasa khawatir pada hidupnya. Bahkan orang yang sudah memliki pekerjaan sering merasa galau. Setiap orang mempunyai karir yang diinginkan masing-masing. Seberapa yakin dengan karir yang kalian kerjakan? muncul lah pertanyaan-pertanyaan di benak diri kalian sebagai berikut
3. Kemandirian Finansial
Ujung-ujungnya duit, Apa-apa harus bayar sana-sini, Biaya semakin mahal.
Bicara Finansial sebenarnya agak sensitif ya. Pengeluaran setiap bulan bertambah tapi pemasukan hanya segitu ibarat pepatah besar pasak daripada tiang. Belum lagi biaya pernikahan sangat mahal, beli rumah sendiri, dan beli motor atau mobil.
Udah mandiri secara finansial atau belum?. Mulai merenung dan bertanya pada diri sendiri
- Umur segini kok gue masih bergantung sama orang tua ya?
- Apa gue harus cari kerja yang gajinya lebih besar ya?
- Kayaknya gue belum pernah mandiri secara finansial deh.
4. Jodoh
![]() |
Pernikahan Ina dan Iqbal |
Memasuki umur 20 keatas, kalian akan mendapat pertanyaan "kapan nikah?". Apalagi ketika kalian menghadiri pesta pernikahan teman. Stigma banyakan orang bahwa kalau menikah muda, kemungkinan cepat mendapatkan keturunan. Jadi, umur kalian tidak jauh dengan umur anak kalian nantinya.
Aku pernah menulis stop bertanya kapan menikah. Karena menikah bukan ajang lomba cepat cepatan. Tapi ekspetasi orang tua menginginkan anaknya segera menikah. Tambah lagi, ketika melihat saudara yang seumuran atau lebih muda melangsungkan pernikahan. Emak ngedoain "Kapan anak gue menikah ya?". Pada saat kumpul keluarga, bersiaplah telinga kalian akan panas mendengar "kapan nikah?". Kalau datangnya sendiri, ngenes banget ya, tapi kalau datang bersama pasangannya, mesti kebal kali ya dengar itu terus.
Pertanyaan ini biasanya muncul di pikiran :
- Kapan ya gue siap menikah?
- Siapa ya jodoh gue?
- Apakah finansial gue cukup untuk menikah?
5. Progress Hidup Teman- teman Sebaya
Social media bisa digunakan untuk membagikan kegiatan pribadinya. Makan di restoran mewah update, Jalan-jalan keluar negeri update, sedang kerja di kantor update, lagi wisuda update. Yah bisa dikatakan hal yang dibagikan ke sosmed merupakan suatu prestasi, dan kemewahan yang orang lain miliki. Dari sosial media pula kita bisa melihat progres hidup teman-teman kita dari TK,SD,SMP SMA, hingga Kuliah. Seringkali kita membandingkan hidup kita dengan orang lain gegara melihat aktivitas orang di sosmed.
Pertanyaan ini biasanya muncul di pikiran:
Teman-teman gue udah sukses aja, kerja di perusahaan x, punya rumah dan mobil. Gue kenapa tidak bisa seperti mereka?
Sahabat gue udah wisuda, gue masih ngerjain bab 3, kapan gue kelar urusan skripsi ni?
Ahh teman-teman udah pada nikah, udah punya anak, gue kapan?
lansir dari CNN Indonesia, sejumlah penelitian telah mngkorelasikan penggunaan media sosial dengan resikio kesehatan mental seperti depresi dan kesepian. Teranyar sebuah studi menyebutkan bahwa mengurangi intensitas bermain sosial media mengurangi depresi dan rasa kesepian.
Apa yang dilihat di sosial media, setidaknya akan mendistraksi pikiran seseorang.
lansir dari CNN Indonesia, sejumlah penelitian telah mngkorelasikan penggunaan media sosial dengan resikio kesehatan mental seperti depresi dan kesepian. Teranyar sebuah studi menyebutkan bahwa mengurangi intensitas bermain sosial media mengurangi depresi dan rasa kesepian.
Apa yang dilihat di sosial media, setidaknya akan mendistraksi pikiran seseorang.
No comments:
Post a Comment