Shenergy Kreasi Mendorong Tumbuhnya Wirausaha Perempuan Era Digital

Peringatan Hari Ibu (PHI) menjadi simbol dan mengingatkan kita semua untuk mengenang adanya peristiwa penting pada sejarah gerakan perempuan di Indonesia. Pasalnya, pada 22 Desember 1928 digelar Kongres Perempuan Pertama sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam perjuangan merebut kemerdekaan Indonesia.
Bersama blogger


Tanggal 16 Desember 2019, Saya menghadiri event Shenergy Kreasi yang diselenggarakan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dalam rangka memperingati hari ibu  di Perpustakaan Nasional dengan tema Perempuan Berdaya Indonesia Maju.
Keynote speech Ibu Bintang selaku Menteri PPPA

Acara dimulai dengan pembukaan oleh MC, kemudian keynote speech yang disampaikan oleh  Bintang Puspayoga selaku Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Ibu Bintang berharap perempuan-perempuan Indonesia tidak hanya berdaya dibidang ekonomi saja, pendidikan, pengasuhan anak, dan sosial budaya. Kami harapkan organisasi perempuan mampu memberdayakan para perempuan di lingkungan sekitarnya, sehingga perempuan seluruh perempuan pelosok tanah air bisa bergandengan. Perempuan bisa berdaya, penurunan angka kekerasan pada perempuan dan anak, penurunan angka kerja anak,dan perkawinan anak akibat dilacurkan.

Perempuan berdaya, akan menjadi pendorong terwujudnya peningkatan kualitas hidup perempuan, yang kemudian akan dapat mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan visi Presiden untuk mewujudkan SDM Unggul, Indonesia Maju.
Bapak Sitepu selaku sekretaris KPPPA

Setelah itu, Bapak Pribudiarta Nur Sitepu  selaku Sekretaris Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak melanjutkan sambutan dari Menteri PPPA.

Bapak Sitepu menyampaikan data dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) yang menyebut sekitar 60 persen usaha mikro di Indonesia dikelola oleh perempuan.

Perempuan kelompok usaha inilah fondasi hakiki dari pertahanan perekonomian bangsa ini dari goncangan krisis, termasuk saat Indonesia dilanda krisis ekonomi 1997-1998.

Sharing Moment “SHEnergy Kreasi” menghadirkan sosok yang menginspirasi bagi wanita untuk melakukan bisnis yaitu CEO Hijup.com, Diajeng Lestari; Co - Founder Du'Anyam, Hanna Keraf; GambaranBrand Group, Arto Biantoro; DuitHape, Sara Dhewanto; Gofood Top Merchant Kopi Soe, Silvya Surya; dan Head of Seller Development Blanja.com, Sherlyana.

Tips bagi brand lokal untuk membangun sebuah brand hingga menembus pasar Ala Arto Biantoro

Pemberian plakat kepada Arto

Arto mengenyam pendidikan di bidang Sistem Informatika dan Design Periklanan dari California State University of Fresno dan Academy of Art University, San Francisco, Amerika Serikat. Kembali pulang ke Indonesia, Arto bekerja perusahaan periklanan terbesar di dunia McCann Erickson Indonesia. Dari sana ia belajar mengenal brand-brand besar. Kemudian ia memutuskan resign untuk  fokus mengembangkan brand-brand lokal.

Sekitar 2 tahun yang lalu, Arto memulai membuat youtube channel yang berisi kisah perjalanan hidupnya yang menjelajahi berbagai daerah di Indonesia dengan mengendarai motor bertemu dengan brand brand lokal.  Menurutnya, Indonesia memiliki brand-brand yang keren dan bagus tapi sayangnya belum terkenal. Jarang sekali stasiun televisi yang mau mengangkat brand-brand lokal.

Salah satu cara membangun brand adalah meningkatkan ekuitas dari brand tersebut supaya dikenal, dan semakin dipercaya sama orang lain. Tidak ada cara lain kecuali harus berkomunikasi dengan banyak orang agar orang melihat brand-brand tersebut.

Salah satu kekuatan brand itu adalah cerita yang kuat bagaimana produk atau jasa yang dibuat bisa dijadikan solusi dalam kehidupan masyarakat. Kalau hanya menjual produk saja, tidak menarik dan tidak punya nilai tambah, karena semua orang mungkin bisa membuat produk yang sama. Riset cari masalah apa yang ada dan coba selesaikan dengan membuat brand.

Berawal dari Kebiasaan Sejak Kecil Mengikuti Ibunya ke Bazar, Kini Ajeng Sukses Menjadi CEO Hijup

Aku - Diajeng Lestari - Grandys

Siapa sih yang tidak kenal produk dengan merk Hijup?
Hijup telah menjadi salah satu e-commerce pertama di Indonesia bahkan dunia yang bergerak dibidang fashion muslim. Bahkan kini, Hijup sudah sukses mengirim beberapa koleksinya ke 50 negara di dunia.

CEO Hijup, Diajeng Lestari bercerita mengenai kebiasaannya sejak kecil yang sering mengikuti ibunya ke bazar dan keadaan ekonomi keluarganya yang membuat ia bangkit berwirausaha.

"Sejak umur 5 tahun sudah sering diajak ibu ikutan bazar, ibu saya sering ikut berpatisipasi menjual  kerajinan produk buatan tangan sendiri atau mengambil barang dari perajin lainnya. Sudah terbiasa melihat proses produksi kerajinan hingga proses penjualan sejak kecil. Ternyata proses jual beli itu seru yaa... "

Ajeng juga pernah membuka usaha kecil-kecilan yaitu cincin terbuat dari kabel telepon. Dalam sehari bisa laku terjual sekitar 16.000 rupiah.

Tahun 1998 merupakan terjadinya krisis moneter, kehidupan keluarga Ajeng berubah 180 derajat. Orang tua Ajeng tidak menyanggupi untuk membayar uang kuliah anaknya. Sehingga Ajeng berusaha bekerja

Ajeng memperdalami sebab terjadinya krisis moneter. Ketika ia menemukan solusi yaitu harus memperkuat ekonomi dalam negeri, salah satu caranya adalah menjadi entrepreneur. Ajeng semangat mengikuti workshop entrepreneurship. 

Lulus dari Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Pemerintah (FISIP) UI, Ajeng melanjutkan bekerja sebagai market research. Ketika ia bekerja, ia melihat peluang bahwasanya Indonesia mayoritas penduduk memeluk agama islam, kemudian internet sudah mulai masuk dan gadget dimiliki hampir setiap orang. Pada saat itu Ajeng sudah mengenakan hijab. Ajeng melihat masalah yang ia dapat adalah perempuan muslimah sulit mendapatkan pakaian muslimah yang fashionable. Stigma orang mengenai hijab zaman dulu itu terlihat lebih tua dan tidak stylish.

Tidak punya basic di IT, Ajeng dibantu dan didukung oleh suaminya ahli dibidang IT yang terlebih dahulu membuka usaha e-commerce. Akhirnya Ajeng bersama suaminya mendirikan Hijup. pada tahun 2011. Hijup  memiliki konsep yaitu wadah bagi para desainer untuk menjual brand atau produk mereka. Konsumen dapat melihat dan memilih produk di satu platform. . Tentunya produk asli Indonesia.

Awalnya tidak ada budget marketing. Cara memperkenalkan brand ke pasaran yang dilakukan Ajeng adalah memperkuat sosial media, membuat konten di youtube dari tutorial hijab, mix and match pakaian muslimah, membuat talkshow offline maupun online sehingga enggagement besar.


Hadirnya Du'Anyam Memberdayakan Perempuan Lokal Melalui Anyaman

Memberi plakat kepada Hanna Keraf

Anyaman merupakan salah satu kerajinan tangan tradisional di Indonesia. Menganyam sudah menjadi tradisi masyarakat perempuan NTT.

Co - Founder Du'Anyam, Hanna Keraf juga bercerita mengenai perjuangannya dalam memberdayakan perempuan lokal, terutama dari daerah tertinggal melaui produk anyaman. Hingga saat ini, Du'Anyam telah memberdayakan 1.005 Mama - mama di Nusa Tenggara Timur (NTT).

Du'Anyam juga membuka proyek anyaman di salah satu desa terpincil Nabire, Papua. Jika memasukkan pesanan 100 keranjang, tim Du'Anyam harus pergi ke studio Radio Republik Indonesia (RRI) untuk menyampaikan siaran ke mama-mama disana karena disana tidak ada sinyal sehingga sulit untuk berkomunikasi.

Du'Anyam memulai proyek pertamanya di kota Larantuka, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Du'Anyam memberdayakan perempuan dengan memberikan lapangan pekerjaan alternatif bagi ibu hamil, supaya tidak melakukan pekerjaan berat di ladang yang dapat mengakibatkan komplikasi kesehatan. Pemberdayaan perempuan melalui pembuatan kerajinan tangan lucu yang menjadi sumber
pendapatan alternatif ini, para perempuan di Flores bisa menghasilkan pendapatan sekitar Rp 500.000 per bulannya, yang nantinya dapat disimpan menjadi tabungan persalinan. Selain itu, Du'Anyam juga
mengedukasi para ibu muda mengenai metode persalinan yang aman, sehingga dapat meningkatkan perilaku kesehatan para ibu.

Produk anyaman Du'Anyam diterima konsumen baik karena kebutuhan, kesukaan desain, dan kecocokan harga. Sekitar 200 mengirim email ke berbagai hotel untuk menawarkan produk anyaman Du'Anyam. Mimpi Tim Du'Anyam adalah menyuplai sendal anyaman NTT. Dari 200 email yang dikirimkan, hanya 5 yang membalas, dan 1 klien yang ingin meeting dengan Du'Anyam.

Tahun 2015, Du'Anyam bisa berkerja sama dengan lebih dari 140 klien setiap bulan dan mendistribusi sampai 4000 produk anyaman dari NTT. Hal yang paling membanggakan bagi Hanna selama perjalanan membangun Du'Anyam adalah Du'Anyam menjadi satu satunya merchandiser yang bisa menjual produk anyaman dengan logo dan pin untuk event Asia Games dan berhasil menjual 17.000 produk.

















Share:

No comments:

Post a Comment